SISTEM KEKEBALAN TUBUH MANUSIA DITINJAU DARI ISLAM DAN SAINS

I. PENDAHULUAN
Tubuh manusia selalu terancam oleh patogen. Sistem kekebalan menjadi pertahanan yang tangguh untuk menangkal berbagai jenis mikroorganisme penyebab penyakit.
Ada tiga cara tubuh untuk menangkal serangan patogen. Benteng-benteng fisik berupa kulit, air mata dan ludah mengandung zat kimia pembasmi bakteri yang disebut lisozim. Patogen yang lolos dari lisozim akan ditelan oleh sel darah putih yang disebut fagosit, dibinasakan oleh sel-sel pembunuh alami di sistem limfa atau dibunuh oleh protein antimikroba. Jika masih lolos juga, patogen akan dihadang oleh barisan pertahanan tubuh terampuh, yang dinamakan sistem kekebalan (imunitas).
Yang paling menarik, walau manusia dikelilingi oleh ancaman serius ini, kita tidak melakukan upaya apa pun untuk melindungi diri darinya. Ini disebabkan adanya suatu mekanisme dalam tubuh kita, yang menjalankan tugas ini atas nama kita, memberikan perlindungan yang kita butuhkan, tanpa membuat kita terganggu sedikit pun. Inilah “Sistem Kekebalan.” Sistem ini merupakan sistem yang paling penting dan paling menakjubkan yang beroperasi dalam tubuh kita, karena ia menjalankan salah satu misi hidup paling vital. Kita mungkin tidak menyadarinya, tetapi semua unsur sistem kekebalan melindungi tubuh kita layaknya sepasukan besar prajurit angkatan bersenjata. Sel-sel pertahanan yang melindungi tubuh manusia terhadap penyerang seperti bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya, dilengkapi dengan kemampuan luar biasa. Pola kecerdasan, upaya, dan pengorbanan, yang ditunjukkan sel-sel ini selama perang yang mereka kobarkan di dalam tubuh, mengherankan semua orang yang mempelajarinya.
Sistem kekebalan terdiri dari sel limfosit, yang mengenali zat kimia dipermukaan patogen yang disebut antigen. Sel B (limfosit B) melepaskan antibodi yang mengunci diri ke antigen spesifik, melumpuhkan patogen dan menandainya untuk dihancurkan. Sel T (limfosit T) mengidentifikasi dan segera menghancurkan patogen. Sel memori mengingat antigen-antigen. Sistem kekebalan membutuhkan waktu beberapa hari untuk memberi tanggapan atau tindak balas kepada antigen baru. Inilah tindak balas primer. Orang yang terinfeksi patogen mungkin jatuh sakit. Pada kesempatan berikutnya sel memori mengingat antigen-antigen tersebut dan segera melakukan tindak balas limfosit B dan T. Ini adalah tindak balas sekunder, yang menghancurkan patogen penyusup. Hasilnya orang akan kebal terhadap penyakit.

II. PERMASALAHAN
Pembahasan tentang Sistem Kekebalan Tubuh Manusia Ditinjau Dari Islam dan Sains adalah suatu hal yang sangat menarik dan harus diketahui oleh setiap manusia, karena ini berkaitan langsung tentang diri manusia secara personal, agar pembahasan lebih sistematis, maka kami akan membatasi pada beberapa permasalahan saja, yaitu :
1. Definisi sistem kekebalan tubuh manusia
2. Struktur sistem kekebalan tubuh manusia
3. Fungsi sistem kekebalan tubuh manusia
4. Penyebab dan akibat sistem kekebalan tubuh menurun
5. Cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia
6. HIV musuh sistem kekebalan tubuh manusia tercerdas

III. PEMBAHASAN
1. Definisi Sistem Kekebalan Tubuh Manusia
Yang dimaksud sistem kekebalan tubuh adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk menjaga keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai keadaan yang ada dalam lingkungan hidupnya.
Secara singkat, sistem kekebalan dapat didefinisikan sebagai “prajurit yang sangat disiplin, teratur dan pekerja keras yang melindungi tubuh dari cengkeraman musuh eksternal.” Dalam peperangan aneka rupa ini, tugas utama dari elemen yang berperang di garis depan adalah untuk mencegah sel musuh, seperti bakteri atau virus, memasuki tubuh.
Sistem kekebalan tubuh berasal dari sel darah putih yang mengalami perkembangan dalam sumsum tulang kelenjar timus. Sebagian sel tersebut mengalir ke peredaran darah atau ke kelenjar timus, dan sebagian lagi tetap berada jaringan asalnya. Reaksi ketahanan tubuh ini terjadi apa ada benda asing masuk ke dalam tubuh.
Menurut Bellanti, sistem ketahanan tubuh mencakup sernua mekanisme yang membantu individu untuk mengenal berbagai benda asing yang ada di lingkungannya. Mekanisrne pertahanan tubuh ini berfungsi untuk menetralkan. rnenghilangkan, maupun memetabolisasi benda asing agar terhindar dari kerusakan pada sistem jaringan tubuh itu sendiri.
Sistem ketahanan tubuh dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu (1) respons ketahanan tubuh non-spesifik, dan (2) respons ketahanan tubuh spesifik. Mekanisme kerja respons ketahanan tubuh non-spesifik tidak bergantung pada pengenalan spesifik. Sebaliknya, mekanisme kerja respons ketahanan tubuh spesifik amat bergantung pada ke-mampuan memaparkan benda asing oleh tubuh individu. Untuk itu, respons ketahanan tubuh spesifik ini memerlukan waktu yang relatif lama, di mana ia mernerlukan sebuah pemaparan awal dan kemudian dilanjutkan detail pemaparan selanjutnya terhadap benda asing tersebut. Melalui mekanisme kerja ini, respons ketahanan tubuh spesifik mengakibatkan terjadinya diferensiasi selektif self dan non-self.
Secara umum, respons ketahanan tubuh mempunyai tiga fungsi, yaitu (1) fungsi ketahanan (defense), (2) fungsi homeostasis, dan (3) fungsi pengawasan (survillance).

2. Struktur Sistem Kekebalan Tubuh Manusia
Jaringan dan organ yang merupakan sistem kekebalan berserakan di seluruh tubuh. Pada manusia, organ-organ pusat sistem tersebut ialah sumsum tulang dan timus.
Sumsum tulang mengandung sel-sel batang yang menghasilkan seluruh sel darah. Kelima macam sel darah putih itu masing-masing memainkan sedikit peranan dalam imunitas. Tetapi peranan utama diambil oleh monosit (yang berkembang dalam jaringan menjadi makrofag), dan khususnya limfosit. Limfosit terdiri atas dua jenis yaitu T limfosit dan B limfosit.
Salah satu tugas sistem imun tersebut ialah membentuk pertahanan terhadap bahan-bahan asing, yang dinamai antigen, yang memasuki tubuh. Sebelum memulai kerjanya B limfosit maupun T limfosit tersebarkan dari sumsum tulang dan timus menjadi kelompok jaringan limfosit yang dibagikan ke seluruh tubuh. Sistem ini terdiri atas limpa, sejumlah besar simpul limfa, tonsil, apendiks, dan sarang sel-sel yang tersebar di mana-mana. Simpul limfa merupakan tempat ideal bagi sel-sel imun untuk meliputi antigen.
Untuk memperjelas pemahaman tentang struktur kekebalan tubuh atau pertahanan tubuh secara singkat dan padat dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kendati tidak gampang bagi organisme musuh untuk memasuki tubuh, mereka menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu menjajah tubuh. Kalau mereka berhasil melakukannya, setelah mengatasi berbagai penghalang seperti kulit serta saluran pernapasan dan pencernaan, mereka akan mendapati prajurit tangguh telah menanti. Para prajurit tangguh ini dihasilkan dan dilatih di pusat khusus seperti sumsum tulang, limpa, timus, dan kelenjar getah bening. Para prajurit ini adalah “sel-sel pertahanan” yang disebut makrofag dan limfosit.
Pertama, berbagai jenis fagosit, yang disebut “sel pemakan” akan langsung beraksi. Kemudian makrofag, jenis spesifik lain dari fagosit, mendapat gilirannya. Makrofag ini menghancurkan semua musuh dengan jalan menelannya. Makrofag juga menjalankan tugas lain seperti mengajak sel-sel pertahanan lainnya ke arena pertempuran, dan menaikkan suhu tubuh. Meningkatnya suhu tubuh atau demam di awal sakit sangat penting, karena orang yang mengalaminya akan merasa kelelahan dan perlu beristirahat, hal ini menghemat energi yang diperlukan untuk memerangi musuh.
Apabila unsur-unsur sistem kekebalan ini terbukti tidak memadai untuk musuh yang memasuki tubuh, maka limfosit, sang jagoan sistem, ikut bermain. Ada dua jenis limfosit; sel B dan sel T. Keduanya ini kemudian juga terbagi ke dalam dua kelompok.
Setelah makrofag, yang datang berikutnya adalah sel T penolong. Ia mungkin dianggap agen administratif sistem. Setelah sel T penolong mengenali musuh, mereka memperingatkan sel-sel lain supaya mengangkat kapak perang untuk melawannya. Begitu diberi tahu, sel T pembunuh memainkan perannya menghancurkan musuh yang menyerbu.
Sel B merupakan pabrik senjata dalam tubuh manusia. Mengikuti rangsang dari sel T penolong, sel B segera mulai memproduksi semacam senjata yang disebut “antibodi”.
Kalau tanda peringatan sudah berakhir, sel T penekan menghentikan kegiatan semua sel pertahanan, dan karena itu mencegah pertempuran berlangsung lebih lama daripada yang diperlukan.
Akan tetapi, misi pasukan pertahanan ini belum berakhir. Sel-sel prajurit, yang disebut sel pengingat, menyimpan informasi yang diperlukan tentang musuh itu dalam memori mereka selama bertahun-tahun. Hal ini memungkinkan sistem kekebalan untuk segera menyusun pertahanan melawan musuh yang sama jika suatu saat nanti datang lagi.
Demikian struktur kekebalan tubuh manusia yang sungguh sangat menakjubkan, apa jadinya jika tubuh tidak mempunyai sistem kekebalan maka dapat dipastikan ribuan kuman, bakteri, virus yang merugikan segera menyerang, yang berakibat tubuh akan menjadi sakit dan kemudian kematian menjemput.

3. Fungsi Sistem Kekebalan Tubuh Manusia
Fungsi sistem kekebalan tubuh manusia merupakan upaya melawan segala aktivitas benda asing dengan kemampuan tubuh untuk menyebarkan ketahanan tubuh ke seluruh jaringan. Dalam sistem ketahanan tubuh, terdapat mekanisme berbentuk inflammatory response (tanggapan keradangan) dan spesific immune response. Mekanisme ini bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan homeostasis, yang dipengaruhi oleh hormon endogen. Dengan demikian, hubungan timbal balik antara sistem ketahanan tubuh dan sistem syaraf atau sistem organ lainnya merupakan dasar bahwa respons imunologis tidak selalu berjalan secara otomatis, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh integrasi sistem somatik. Oleh karena itu, sistem ketahanan tubuh secara konseptual merupakan sistem ketahanan tubuh homeostasis.
Sedangkan, fungsi pengawasan (surveillance function) ini berupa pemantauan dan pengenalan jenis sel abnormal yang secara tetap selalu timbul dalam individu, baik secara spontan atau disebabkan oleh pengaruh virus atau zat kimia. Beberapa faktor penting yang dapat memengaruhi respons ketahanan tubuh antara lain: faktor genetik, faktor metabolik, faktor lingkungan, faktor gizi, faktor anatomik, faktor fisiologik, faktor umur, dan faktor mikroba.

4. Penyebab dan Akibat Sistem Kekebalan Tubuh Menurun
Ketegangan dan kegelisahan bisa menyebabkan menurunnya tingkat imunitas di dalam tubuh. Hal ini bisa memicu terjadinya kekacauan keseimbangan fisiologis dalam tubuh.
Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul, yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dibagi dalam tiga kategori: defisiensi imun, autoimunitas, dan hipersensitivitas.
a. Defisiensi imun
Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak aktif. Kemampuan sistem imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan golongan tua, dengan respon imun mulai untuk berkurang pada usia sekitar 50 tahun karena immunosenescence. Di negara-negara berkembang, obesitas, penggunaan alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk. Namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan defisiensi imun di negara berkembang. Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibodi IgA dan produksi sitokin. Defisiensi nutrisi seperti zinc, selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, dan B6, dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.
Defisiensi imun juga dapat didapat. Chronic granulomatous disease, penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang, adalah contoh dari defisiensi imun dapatan. AIDS dan beberapa tipe kanker menyebabkan defisiensi imun dapatan.
b. Autoimunitas
Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut autoimunitas. Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri sendiri dan bukan diri sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh. Dibawah keadaan sekitar yang normal, banyak sel T dan antibodi bereaksi dengan peptid sendiri. Satu fungsi sel (terletak di thymus dan sumsum tulang) adalah untuk memunculkan limfosit muda dengan antigen sendiri yang diproduksi pada tubuh dan untuk membunuh sel tersebut yang dianggap antigen sendiri, mencegah autoimunitas.
c. Hipersensitivitas
Hipersensitivitas adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri. Mereka terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari mastosit dan basofil. Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM. Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM) ada pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III. Hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis. Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofaga.

5. Cara Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh Manusia
Ada beberapa cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia, yaitu antara lain :

a. Imunisasi (Vaksinasi)
Imunisasi melatih sistem kekebalan untuk bertindak cepat terhadap patogen-patogen bandel tertentu. Seseorang disuntik dengan vaksin yang mengandung bibit penyakit yang telah dilemahkan. Ini merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi, tanpa mengakibatkan sakit. Jika nanti patogen aktif menyerang tubuh, sistem kekebalan akan merespons dengan cepat. Imunisasi aktif telah berhasil mengurangi penyakit menular di seluruh dunia. Pada tahun 1975, misalnya penyakit campak berhasil diberantas.
b. Mendengarkan Al-Quran
Mendengarkan Al-Quran ternyata dapat mengefektifkan sistem kekebalan tubuh dan menghindarkan dari penyakit kronis dan tak bisa sembuh. Allah SWT berfirman :

Artinya :
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Diantara studi dan penelitian ilmiah yang dilakukan seputar tema ini adalah apa yang dilakukan oleh Doktor Ahmad Qadhi Ketua Lembaga Pengajaran dan Penelitian Kedokteran Islam di AS dan Dewan Penasihat Klinik Panama City di negara bagian Florida.
Tahap pertama, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah al Qur’an memiliki pengaruh terhadap fungsi-fungsi organ tubuh dan mengukur pengaruh bacaan tersebut jika memang ada. Hasilnya 97 % dari responden yang menjadi objek percobaan, baik muslim maupun non muslim, baik mereka memahami bahasa Arab maupun tidak, mengalami perubahan-perubahan fisiologis yang menunjukkan penurunan tingkat ketegangan saraf secara spontan.
Tahap kedua, pengaruh bacaan bahasa arab biasa dan bacaan Al Qur’an. Ternyata hasilnya, persentase pengaruh penenang yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Al Qur’an terhadap para responden mencapai 56 %, sedangkan persentase pengaruh yang ditimbulkan oleh bacaan-bacaan bahasa Arab selain Al Qur’an tersebut hanya 53%. Hasil penelitian ini dipresentasikan pada konferensi Tahunan Organisasi Kedokteran ke-17 di Saint Louis, Missouri.
c. Solat Tahajud
Prof. Dr. Mohammad Sholeh, pengasuh Klinik Terapi Tahajjud, mengungkapkan penelitiannya tentang Solat Tahajud meningkatkan sistem kekebalan tubuh sebagai berikut :
Penelitian saya dari 51 siswa SMU yang saya ambil training sebelumnya yang usianya sama. Karena syarat penelitian kuantitatif itu harus homogen. Jadi, usianya sama yaitu laki-laki antara usia 16 tahun sampai 20 tahun. Sama-sama SMU kelas 1 Hidayatullah yang tidak pernah shalat tahajjud sama sekali dan tidak pernah mengikuti tariqah-tariqah dan sebagainya.
Kemudian saya ambil darahnya sebelum shalat dan saya ambil darahnya lagi setelah shalat satu bulan, saya ambil darahnya lagi setelah dua bulan. Aktivitasnya sama, menu makannya sama, usianya sama, sama-sama tidak pernah shalat tahajjud. Ternyata variabel yang saya teliti, makrofagnya beda. Makrofag itu intinya adalah sel imunitas tubuh yang berfungsi untuk memakan sel lain yang tidak normal.
Jadi, kalau ada orang kena kista itu menunjukkan bahwa makrofagnya mengalami defisiensi. Saya sudah bisa mendeteksi orang itu mengalami penurunan. Dengan demikian, kalau teorinya dirunut lebih dalam, makrofag tidak akan berproduksi kalau yang bersangkutan stress. Kalau dirunut lagi mungkin orang ini kena penyakit hati seperti iri, dengki, sombong. Nah, hal yang seperti ini yang menyebabkan stress. Nggak pernah qona’ah (puas), tawakal, jadi, akidah itu menentukan sekali penyakit seseorang.
Namun, respons positif dan coping yang efektif akibat salat tahajud yang berpengaruh terhadap peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik, berdasarkan hasil pengamatan yang dapat dijangkau oleh peneliti melalui jaringan internet dan berbagai referensi, baik yang berbahasa Arab maupun Inggris, belum pernah dilakukan. Karena itu, temuan ini merupakan kategori temuan penelitian yang sangat mutakhir.

6. HIV Musuh Sistem Kekebalan Tubuh Manusia Tercerdas
Setelah memasuki tubuh manusia, virus HIV dapat memproduksi sepuluh miliar virus sehari. Jumlah virus yang sangat banyak ini tak dapat diatasi, meskipun dengan kemajuan teknologi yang ada sekarang. Virus HIV tak dapat dianggap sebagai struktur sederhana. Apa yang kita hadapi ini adalah sebuah mikroorganisme yang demikian maju dan cerdas, sehingga ia dapat menggandakan jutaan dirinya, dan berencana mengalahkan sel tuan rumahnya, dan mampu menyebabkan kematian pada tubuh manusia yang besar.
Selain kemampuan di atas, virus HIV juga mampu mengubah dirinya ke berbagai bentuk dalam upaya mencegah dirinya tertangkap oleh sistem pertahanan. Hal ini membuat virus HIV sampai saat ini kebal terhadap efek pengobatan yang ditujukan padanya. Obat modern telah menyerang virus dengan berbagai variasi pengobatan pada saat yang sama dan jarang berhasil dalam menangani resistansi virus. Meskipun sebagian virus telah dibasmi, hasil positifnya hanyalah berupa perpan-jangan hidup pasien dengan waktu yang terbatas.
Bukan hanya itu taktik rumit yang dipakai virus HIV. Sel T penolong yang berenang bersama dalam aliran darah, saling mengunci satu sama lain seperti retsleting. HIV melompat dari satu sel T ke sel T lainnya untuk menghindari kontak dengan antibodi dalam aliran darah. Semua ini dilakukan oleh sebuah virus, yang hanya berukuran satu mikron, tak memiliki DNA, dan bahkan tak dapat dikelompokkan sebagai makhluk hidup. Kehebatan virus HIV untuk mengenali tubuh manusia dengan baik, mengembangkan sistem maju untuk mengatasi tubuh manusia, melaksanakan strategi tertentu yang dibutuhkan tanpa ada kesalahan, dan terus-menerus memperbaiki dirinya agar terlindung dari segala jenis senjata yang dipakai oleh tubuh, benar-benar menakjubkan. Hal ini merupakan contoh yang sangat baik mengenai betapa tak berdayanya manusia dalam kehadiran virus yang sangat kecil, yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang.

IV. KESIMPULAN
Manusia terkadang tidak memperhatikan dirinya ketika sakit. Yang dia ketahui hanyalah, ketika dia sakit maka dia harus minum obat supaya sembuh. Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia sakit karena sistem kekebalan tubuhnya menurun bahkan kalah dari serangan-serangan patogen dari luar tubuhnya ataupun dari pola makan serta pola hidup dia yang salah sehingga mengundang penyakit yang berakibat dirinya sakit. Akibat terparah dari tidak berfungsinya sistem kekebalan tubuh adalah kematian, ini terjadi karena semua sistem pertahanan tubuh dikalahkan oleh virus, bakteri atau patogen lain yang berakibat pertahanan tubuh hancur sehingga organ-organ tubuh tidak terlindungi sehingga kematian datang tanpa dapat dihindari lagi.
Sistem pertahanan tubuh dapat ditingkatkan melalui cara-cara islami yaitu mendengarkan Al Qur’an dan Salat Tahajud, hal ini semakin membuktikan kebenaran Islam sebagai agama yang up date sepanjang masa.
Semua sel sistem imun, atau sistem kekebalan, pada awalnya adalah sel normal, yang melalui tahapan pelatihan yang berbeda dan diakhiri dengan suatu “ujian kecakapan”. Hanya sel yang mampu mengenali sel musuh dan tidak mengalami konflik dengan sel tubuh normal yang diizinkan hidup. Bagaimana dan kapan sel pertama dikembangkan dan siapa yang melakukan “ujian kecakapan” pertama? Siapa yang mengajari sel apa yang harus dilakukannya?
Jelas kita tidak bisa berharap sel dan organ terkait berunding dengan bebas satu sama lainnya, bekerja dengan kesepakatan penuh, membuat rencana, dan melaksanakan rencana itu dengan efisien. Jangan lupa yang kita bicarakan adalah pelbagai organ tubuh dan satu triliun sel. Tak terbayangkan jika satu triliun orang dapat diatur dengan begitu sempurna dan dapat memenuhi tugas mereka tanpa ada sesuatu yang terlewat, terlupakan, membingungkan, atau menyebabkan kekacauan dalam melaksanakan pertahanan seperti ini, yang merupakan tugas super sulit.
Ada suatu kenyataan pasti, kenyataan yang harus diterima, yaitu bahwa sel seperti juga segala sesuatu di alam semesta tanpa kekecualian, dari yang terkecil sampai yang terbesar telah diciptakan khusus oleh Allah yang memiliki kekuasaan, pengetahuan, dan kebijaksanaan tak terbatas.

“… Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al An’aam, 6: 101)
DAFTAR PUSTAKA

Aw D, Silva A, Palmer D, Immunosenescence: Emerging Challenges For An Ageing Population. Immunology 120 (4), 2007.

G. Baratawidjaja, Imunologi Dasar, FK. UI, Jakarta, 1996.

J.A. Bellanti, Keseragaman Model untuk Proses Imunologik, dalam Imunologi III, edisi Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1995.

J.E. Blalock @ E.M. Smith, A Complete Regulatory Loop Beetween The Immune and Neuroendocrine System, Fed. Proc. Vol. 44, 1989.

Kimball, John W., Biologi, Jilid 2 terj., alih bahasa H. Siti Soetarmi Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri, Penerbit Erlangga, 1992.

Lentera Abadi, Tim Penerbit, Ensiklopedia Iptek : Ensiklopedia Sains untuk pelajar dan umum (terjemahan), PT. Lentera Abadi, 2007.

Muhammad, Akhsin Sakho, Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah Dalam Al Qur’an dan Sunah, Jilid 7, PT. Kharisma Ilmu, 2009.

RK, Chandra, Nutrition and the immune system: an introduction. American Journal of Clinical Nutrition Vol 66, 1997.

Sholeh, Moh., Terapi Salat Tahajud Menyembuhkan Berbagai Penyakit, Penerbit Hikmah, Jakarta, cet. XI, Januari, 2007.

Sproul T, Cheng P, Dykstra M, Pierce S. A role for MHC class II antigen processing in B cell development. Int Rev Immunol 19 (2–3), 2000.

Yahya, Harun, Sistem Kekebalan Tubuh dan Keajaiban di Dalamnya, Dzikra, Bandung, 2002.

Internet :
1. http://www.kotasantricom., Diakses 8 Mei 2010.
2. Ghaffar, Abdul, Immunology – Chapter Seventeen: Hypersensitivity Reactions. Microbiology and Immunology On-Line Textbook. USC School of Medicine. Diakses pada 12 Mei 2010.

Categories: Makalah IPA | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.